Novel TranslationAscending, Do Not DisturbAscending, Do Not Disturb Translation - Chapter 13

Ascending, Do Not Disturb Translation – Chapter 13 [INDONESIA]

Yue Xia Die Ying author Ascending, Do Not Disturb

Bab 13: Level Zhu Ji

Ketua Sekte Heng Yan merasakan kedatangan awan Uji Coba, lalu ia bergegas menuju Puncak Qiyue, di sana ia melihat separuh sisi gunung dipenuhi oleh sangat banyak murid yang sedang berdiri ataupun berjongkok. Bahkan ada beberapa orang yang mengeluarkan makanan ringan dan buah-buahan dari kantongnya untuk dibagi-bagikan, suasana seru penuh keramaian.

“Apa yang kalian semua lakukan di sini?” Heng Yan berwajah tegas, lengan bajunya yang lebar menari berkibar tertiup angin. Para murid melihat Ketua Sekte telah datang, maka mereka tidak berani bercanda lagi. Mereka segera berdiri tegap dan memberi salam penuh hormat: “Salam kepada Ketua Sekte.”

Heng Yan melirik ke bawah, meskipun murid-murid ini malas, walau bagaimanapun mereka masih tahu etiket untuk tidak membuang bungkus makanan dan kulit melon ke tanah. Ia lalu melihat ke arah murid-murid yang menapak pada suatu senjata di langit sedang terbang mendekat, dan ia berkata sembari berlagak seperti tidak mengerti temperamen mereka: “Kalian mengamati dari samping juga bagus, bisa membantu menambah wawasan.”

Para murid diam-diam menyembunyikan makanan dan buah-buahan tadi ke dalam lengan baju mereka, lalu menjulurkan leher mereka untuk memperhatikan dengan baik.

Awan Uji Coba di langit semakin lama semakin menebal, tepinya bercahaya keemasan, tampaknya metode berlatih shimei sudah berada di jalan benar.

Heng Yan menatap ke arah kerumunan orang dan melihat Wang Tong yang terus mundar mandir tanpa henti. Ia tahu, untuk sementara waktu ini, Wang Tong tidak akan bisa tenang, maka ia tidak pergi untuk membujuknya, ia hanya berdiri di samping dengan tenang untuk terus mengamati.

Sebagai Ketua Sekte, Heng Yan lebih banyak pertimbangan dibandingkan orang lain. Ada banyak murid di dalam sekte, yang juga memiliki bakat yang baik, namun dengan karakter pemalas dan santai sesuka hati, meksipun sangat berbakat pun mereka hanya rela mengerahkan 70-80% saja dari kemampuan mereka, sementara 20-30% yang tersisa digunakan untuk menikmati hidup. Ini juga bukan merupakan hal yang salah, tetapi sebagai Ketua Sekte, siapa yang tidak ingin agar murid-muridnya rajin belajar dan berprestasi setinggi langit, bahkan melampaui kultivator-kultivator di seluruh dunia?

Saat ini dia tidak berani berkhayal terlalu muluk mengenai murid berpretasi setinggi langit, ia hanya berharap agar di generasi muda ini, ada murid yang layak tampil, dan dalam beberapa ratus tahun ke depan ada murid yang bisa diandalkan. Sekarang ini akhirnya ia bisa mendapatkan seorang murid baik yang berbakat, jangan sampai ia terbawa pengaruh jelek dari murid-murid lain.

Heng Yan kembali menatap ke arah murid-murid yang lain, satu per satu tatapan mata mereka seperti ketap ketip, jelas terlihat mereka sedang menggunakan ilmu transmisi suara untuk saling bercakap-cakap secara rahasia. Kemudian ia terpikirkan akan kepahitan dan ketikdak berdayaannya selama bertahun-tahun ini sebagai Ketua Sekte, kemudian ia menoleh ke arah murid langsung tertuanya sendiri, Wu Chuan. Untungnya, muridnya ini adalah seseorang yang tenang dan bisa diandalkan, dan merupakan calon yang baik untuk menjadi Ketua Sekte. Heng Yan kemudian mengambil napas dalam-dalam dan merasa bersyukur lalu menenangkan hatinya agar tidak merasa sombong maupun gegabah.

Kong Hou masih belum tahu bahwa dirinya yang akan menembus level Zhu Ji, mampu menarik perhatian para murid lain untuk menonton, saat ini ia sedang tenggelam dalam sebuah alam yang sangat misterius.

Apakah jalur Dao? Meneguhkan hati, itulah jalan Dao.

Apakah berkultivasi itu? Melatih jasmani dan rohani adalah menempa diri, membuka diri terhadap dunia yang lebih luas, dan memasuki alam yang lebih dalam lagi.

Sebagai seorang kultivator, lagkah pertama yang harus dipelajari dengan baik adalah untuk bisa menyerap energi spiritual ke dalam tubuh, memahami dunia ini sebagai suatu karunia, memiliki rasa hormat, untuk memurnikan energi spiritual. Langkah kedua adalah melampaui hidup dan mati, tidak memiliki rasa takut terhadap isi hati sendiri, dan melihat dengan jelas jalan Dao diri sendiri.

Kong Hou sejak kecil dibesarkan di dalam istana, saat kekuasaan keluarga Ji belum tumbang, ia adalah putri satu-satunya dari permaisuri, maka ia tumbuh penuh dengan kepolosan dan kenaifan. Kemudian kaisar Jinghong melangsungkan kudeta, semua orang berharap dia tidak mengerti apa-apa, semua abdi istana di sekitarnya adalah mata kepala kaisar dan permaisuri yang tidak membiarkan dia untuk berhubungan dengan orang luar, maka siapa yang akan mengajarkan dia untuk berstrategi atau memiliki ambisi?

Bahkan guru yang bertanggung jawab untuk mendidiknya, hanya berbicara tentang bagaimana kaisar sebelumnya kejam dan bagaimana para rakyat menderita. Hal ini berulang terus menerus hingga Kong Hou menyadari betapa ayahnya adalah seorang yang dungu. Kaisar Jinghong mengambil alih kekuasaan keluarga Ji, adalah demi kesejahteraan seluruh dunia. Selain itu si guru mengajarkan dia baca tulis dan melukis, sama sekali tidak mengajarkan dia masalah politik.

Seorang anak kecil yang hidup dikurung, ia memiliki pemahaman yang minim mengenai dunia dan isi hati orang. Satu-satunya hal yang membuat dia menyadari bahwa banyak hal yang menakjubkan di dunia ini adalah dua buah buku cerita yang diam-diam ia sembuyikan itu. Dua buah buku cerita; satu buku mengajarkannya untuk percaya bahwa berbuat kebaikan akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahwa di dunia ini ada dewa dewi; sementara buku yang satunya mengajarkan dia untuk menginginkan kebebasan, bahkan sampai berkhayal untuk bisa menjadi seorang dewi dan pergi mengembara keliling dunia.

Menempuh jalur Dao adalah untuk tidak takut akan hidup dan mati dan memuliakan hidup dan mati.

Kong Hou seperti kembali ke masa saat dia berusia enam tahun, saat ibunda permaisuri telah bunuh diri, dan ia diburu oleh para tentara istana.

Berlari, berlari mati-matian.

Pasukan pemberontak yang mengejar di belakangnya sudah mendekat, dan siap mengayunkan pisau besar penuh darah, dia terpojok. Secara tak sadar, ia ingin menutup matanya, tetapi saat pisau mengayun ke bawah, ia tetap membuka matanya dan mengambil pisau yang tergeletak di tanah, dan menahan pisau yang penuh dengan aura membunuh itu.

Dalam berkultivasi, tidak boleh kekurangan keberanian, menghindar tidak akan membuat seseorang mampu berjalan jauh.

Ia bukan seorang anak kecil berusia enam tahun, dan juga bukanlah seorang putri dari dinasti yang telah tumbang yang tidak memiliki siapapun untuk membantunya, dia memiliki Guru, memiliki shixiong, dan juga memiliki sangat banyak tetua yang ramah, bagaimana mungkin dia masih memiliki nyali yang kecil seperti tikus dan menjatuhkan prestise sektenya?

Penghalang di dalam hatinya hancur, Kong Hou merasakan energi spiritual yang tidak terhitung jumlahnya membanjiri lautan energinya, perasaan seperti ini sebenarnya tidak nyaman, rasanya mirip seperti perut yang sudah terasa kenyang namun masih terus menerus dimasukkan sesuatu secara paksa. Ia memaksakan dirinya untuk mengalirkan semua energi spiritual ini ke seluruh anggota tubuh dan delapan urat nadinya, berkali-kali ia melebarkan meridiannya agar menjadi lebih murni.

Energi spiritual berkumpul pada pusat lautan energinya secara perlahan, persis seperti sedang membangun batu fondasi, tidak boleh dilepas terlalu cepat, tetapi tidak boleh juga terlalu lambat, hanya dengan menjaga agar tetap stabil dan tenang, barulah bisa menghasilkan dasar fondasi  yang paling kuat.

Bahkan bangunan yang tinggi harus dibangun dari bawah, semakin kuat dasar fondasinya, barulah suatu bangunan bisa dibangun semakin tinggi.

Dengan mengabaikan petir yang bergemuruh di atas kepalanya, dan sampai pusat lautan energinya terisi penuh, barulah Kong Hou bangkit berdiri lalu memberikan hormat tiga kali kepada langit.

Para saudara-saudari seperguruan yang menunggu di luar pintu masuk gua kediaman Kong Hou melihat awan Uji Coba mendadak berubah gelap lalu mendadak lagi berubah terang emas, mereka juga tidak sempat lagi memperdulikan keseruan yang berlangsung, dan mulai mencemaskan si shimei kecil. Sampai awan Uji Coba berubah sepenuhnya menjadi warna emas dan petir telah menyambar tiga kali sebagaimana biasanya, barulah semuanya bisa merasa lega, ini artinya berhasil!

Seketika langit turun hujan, hujan yang mengandung energi spiritual; suatu hadiah bagi bumi. Setiap kali seorang kultivator berhasil naik level, langit akan menurunkan hujan yang bermanfaat bagi semua.

Entah siapa dari kerumunan orang-orang yang mulai bersorak sorai, dan memicu banyak murid lain untuk mulai bertepuk tangan dan bersorak sorai bersama-sama. Ketua Sekte Heng Yan yang berdiri di samping dan melihat perilaku murid-murid ini yang sama sekali tidak berwibawa, juga memperlihatkan senyum yang terlihat lega, namun di mulut ia justru berkata dengan datar: “Semakin lama semakin tidak ada peraturan lagi.”

Namun suaranya sangat pelan, para murid yang sedang bergembira tidak ada yang mendengarnya. Satu-satunya yang mendengar perkataan tadi, yaitu Wu Chuan – murid langsung tertua dari Ketua Sekte – ia justru berpura-pura tidak mendengar. Ia berdiri di belakang gurunya sembari diam-diam ikut bertepuk tangan, sampai saat orang lain menoleh melihat ke arahnya, barulah ia menurunkan tangannya dengan tenang, dan kembali menunjukkan wibawanya sebagai murid langsung tertua dari Ketua Sekte.

Pintu gua kediaman terbuka, Kong Hou yang mengenakan setelan rok bermotif angsa berwarna kuning muncul dari dalam, lalu melihat wajah-wajah yang penuh senyum di luar, kemudian ia memberikan salam kepada mereka: “Kong Hou telah menyebabkan semuanya khawatir.”

Mereka adalah sumber keberaniannya dalam menempuh jalan berkultivasi.

“Selamat untuk shishu.”

“Selamat untuk shimei.”

Para saudara saudari seperguruan mengeluarkan hadiah yang telah mereka persiapkan sejak awal, dan tanpa menunggu Kong Hou untuk bisa menolak, mereka masukkan semuanya ke dalam gua kediamannya lalu sembari bercanda agar Kong Hou mengadakan perjamuan untuk menghibur mereka. Mereka juga berkata karena ia baru saja mencapai level Zhu Ji, maka ia harus menguatkan ilmu kultivasinya. Karena mereka telah menemukan alasan untuk berpamitan, mereka langsung beranjak pergi sembari saling berangkulan.

Datang dengan gaduh, pergi dengan heboh, sangat sesuai dengan karakter para murid sekte Yunhua.

Setelah para murid-murid junior ini pergi, ketiga tetua yang tersembunyi di balik awan berdatangan dan memberikan hadiah mereka kepada Kong Hou. Setelah mengatakan beberapa kata-kata penyemangat, merekapun pergi. Heng Yan adalah Ketua Sekte, ia mengkhawatirkan lebih banyak hal dibandingkan para tetua, oleh karena itu selain memberikan Kong Hou batu spiritual dan obat-obatan, ia juga memberikan sebilah pedang terbang untuknya. Wang Tong tidak punya uang, maka ditakutkan ia tidak akan bisa memberikan benda apapun yang bagus, Heng Yan tidak ingin murid berbakat di sektenya dilihat orang luar terbang kesana kemari dengan pedang terbang level rendahan. Wang Tong mampu menahan malu, namun sekte Yunhua tidak mampu.

“Terimakasih banyak shibo Ketua Sekte.” Kong Hou melihat pedang terbang ini bilahnya mengeluarkan cahaya gaib dan dihiasi dengan batu permata yang indah, seketika dia langsung merasa amat menyukainya, dan di hadapan Heng Yan, ia segera menggantungkan pedang itu di pinggangnya.

Melihat Kong Hou menyenangi hadiahnya ini, Heng Yan pun merasa senang. Ia hanya memiliki satu murid langsung laki-laki, Wu Chuan, dan senjata ajaib yang lebih cocok untuk anak perempuan seperti ini tidak ada gunanya kalau hanya disimpan, maka lebih baik diberikan kepada murid langsung perempuan shidi nya.

Wang Tong sebagai Guru, sama sekali tidak merasa ada yang salah jika hadiah dari orang lain lebih bagus ketimbang hadiah darinya. Ia menunggu sampai Heng Yan pergi, dengan gembira ia melambaikan tangannya memanggil Kong Hou: “Murid yang baik, kamu benar-benar telah membawa kebanggaan bagi Puncak Qiyue kita. Guru akan menemanimu untuk membuka kotak-kotak kado itu, agar kamu tidak merasa lelah.”

Tan Feng berkata kepada Cheng Yi dengan menggunakan ilmu transmisi suara: “Kata-kata ini juga diucapkan Guru kepadaku saat itu.”

Cheng Yi menjawab tanpa perubahan ekspresi pada wajahnya: “Kebetulan sekali, kata-kata ini juga pernah Guru ucapkan kepadaku.”

Kedua shixiong melihat Guru membawa shimei kecil masuk untuk membongkar kotak-kotak kado, dan merasa ibarat seperti melihat diri sendiri di kala itu.

Langit turun hujan (42), hal ini bukan hanya membuat senang seisi sekte Yunhua, semua warga biasa di kota Yong Cheng pun ikut gembira. Setiap kali turun hujan seperti ini, hasil panen tanaman mereka menjadi semakin bagus. Para pedagang asongan di jalan juga tidak menghindar dan berlindung di bawah payung, tetapi mereka merentangkan lengan mereka dan membiarkan hujan membasahi seluruh tubuh mereka.

42. 甘霖Gānlín hujan deras yang turun setelah kemarau panjang.

Bagi mereka yang reaksinya cepat, mereka sudah mengeluarkan berbagai macam panci, wajan, baskom, centong untuk menampung air hujan. Air hujan ini adalah barang yang bagus manfaatnya, mampu menguatkan tubuh dan menyehatkan badan kalau diminum.

Para penjaga toko di kota Yong Cheng yang berasal dari sekte lain melihat perilaku para warga kota Yong Cheng yang seperti ini. Bagi mereka yang sudah cukup lama menetap di sini, ini merupakan hal biasa, namun bagi yang baru saja datang, hal ini membuat mereka terpesona. Para warga biasa di kota lain, saat langit turun hujan akibat seorang kultivator naik level, meskipun juga diam-diam mengeluarkan panci dan mangkuk untuk menampungnya, tetapi semuanya masih bersikap tenang terkendali, mana ada yang seperti warga kota Yong Cheng ini yang malah…..malah…….sama sekali tak tahu malu.

Penjaga toko dari sekte Yu Xiao (TN: langit) yang ditempatkan di kota Yong Cheng, merenung sembari memandang hujan yang turun, apakah sekte Yun Hua benar-benar memiliki seorang murid rajin yang baru masuk sekte selama empat tahun namun sudah mencapai level Zhu Ji?

Fengshui sekte Yunhua sudah berubah?

Dia terus berpikir, lalu sibuk pergi ke atas untuk menulis surat kepada sekte Yu Xiao.

Sekte Yu Xiao segera menerima surat tersebut, mereka lalu berpikir, kemudian juga menyampaikan berita ini kepada sekte Liuguang (TN: sinar), sekte besar yang berhubungan dekat dengan mereka.

Berita besar yang langka dijumpai dalam 500 tahun, ada keajaiban di sekte Yunhua!

Kong Hou dan Wang Tong selesai membongkar hadiah-hadiah yang memenuhi setengah dari gua kediaman Kong Hou. Setelah Wang Tong merasa puas melihat-lihat semuanya, ia membiarkan Kong Hou  menyimpan hadiah-hadiah itu. Lagipula ia ingin agar Kong Hou bermeditasi dalam beberapa hari ke depan untuk mengokohkan pikirannya sebelum pergi merayakan dan bersenang-senang dengan para shixiong dan shimei yang lain.

“Ini juga………..” Wang Tong meraba-raba kantongnya lalu mengeluarkan kantong kecil berisi batu spiritual, “Gunakan uang ini untuk mentraktir para saudara saudari seperguruan, kita tidak boleh terlalu pelit, jangan sampai murid-murid dari Puncak lain merasa Puncak Qiyue miskin melarat.”

“Guru, aku punya batu spiritual.” Kong Hou merasa tidak enak untuk menerimanya.

“Hormati Guru sebagaimana menghormati ayah. Seperti di Dunia Fana, gadis kecil sepertimu, mana ada yang mentraktir teman bukan dengan uang pemberian orang tuanya?” Wang Tong berkata dengan wajah tegas, “Hanya beberapa batu spiritual saja, Guru juga tidak kekurangan benda duniawi ini, simpanlah.”

“Terimakasih Guru.” Kong Hou tersenyum sembari menerima batu spiritual tersebut.

“Ini baru benar.” Wang Tong mengangguk-angguk penuh wibawa, “Dalam berlatih ilmu kultivasi jangan terlalu terikat dengan benda-benda duniawi, terlebih lagi jangan sampai karena benda-benda seperti ini pikiranmu menjadi rusak.”

“Ajaran Guru akan aku ingat dan patuhi, murid ini akan belajar dari Guru dengan baik.” Kong Hou menganggukkan kepalanya dengan teguh.

Ekspresi wajah Wang Tong semakin senang, ia memberikan pujian kepada Kong Hou lalu pergi meninggalkan gua kediamannya.

Setelah keluar dari gua kediaman Kong Hou, Wang Tong mendekap dadanya, batu-batu spiritual yang telah ia tabung dengan susah payah dalam beberapa tahun belakangan, kini telah lenyap.

 

The Dewi
The Dewi
"I am so clever that sometimes I don't understand a single word I'm saying"

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


error: Content is protected !!