Novel TranslationAscending, Do Not DisturbAscending, Do Not Disturb Translation - Chapter 2

Ascending, Do Not Disturb Translation – Chapter 2 [INDONESIA]

Yue Xia Die Ying author Ascending, Do Not Disturb

Bab 2: Kebohongan

Kong Hou pernah diam-diam menyembunyikan dua buah buku kultivasi (4) di dalam kamarnya. Satu buku menceritakan kisah seorang pendekar pedang yang sangat baik hati, penuh belas kasih terhadap kaum yang lemah dan penuh simpati kepada kaum papa. Suatu hari, sang pendekar membantu seorang lelaki tua bau dan kotor yang telah diganggu orang jahat. Sebenarnya lelaki tua ini adalah seorang dewa dari langit yang sedang menyamar. Untuk membalas budi baik pendekar pedang ini, ia menghadiahi sang pendekar dengan sebuah pil ajaib. Setelah sang pendekar meminum pil ajaib tersebut, dalam sekejap ia berubah menjadi dewa, dan ia naik ke kahyangan dan menjadi pejabat langit.

4. 修仙 Xiūxiān dalam kepercayan Tao, metode kultivasi ini adalah metode pembelajaran dan pelatihan bagi diri sendiri untuk bisa mencapai keabadian, menjadi dewa/dewi.

Juga ada sebuah buku lagi yang isinya lebih tidak masuk akal, dimana protagonisnya adalah seorang pemburu biasa. Karena ceroboh ia jatuh ke dalam jurang dan menemukan sebuah buku berlatih ilmu kultivasi, maka ia lalu mulai menempuh jalan untuk berkultivasi. Dalam perjalanannya berlatih ilmu kultivasi, pemburu tersebut mengalami banyak kesulitan. Ia diterima menjadi murid terakhir seorang master, dan akhirnya dia menjadi pemimpin sekte ilmu keabadian. Dia dipuja oleh para kultivator pria dan dikagumi oleh para kultivator wanita hingga tak terhitung jumlahnya. Hanya sayang, bagi Kong Hou buku ini tidak memiliki klimaks, ia sangat ingin tahu apakah pemburu ini pada akhirnya berhasil dalam kultivasinya dan naik ke langit menjadi dewa, atau tidak.

Namun bagi Kong Hou yang tidak memiliki kesempatan membaca banyak cerita rakyat, dua cerita ini sungguh menakjubkan. Saat ia masih muda, terkadang ia berkhayal; pada suatu malam saat bulan bersinar terang, dan bintang-bintang bertebaran jarang-jarang di langit, seorang dewa akan turun dari langit. Lalu berkata bahwa Kong Hou adalah seorang anak yang berbakat langka dalam berkultivasi dan ia ingin menjadikan Kong Hou sebagai muridnya.

Di saat ia mulai memiliki khayalan seperti ini, pengetahuan dia akan karakter tulisan pun masih belum lengkap, dan demi membaca dua buah buku itu pun ia masih harus menebak-nebak hurufnya. Sekarang ia sudah tahu kedua buku itu luar dalam, tetapi belum ada juga dewa yang datang.

Sebelumnya setiap sebelum tidur, diam-diam ia sering berucap, kapan kakek dewa akan datang menjemputku. Saat ini ia bukan lagi seorang anak berusia 6-7 tahun, ia telah belajar cara mengendalikan keinginannya, dalam 3-5 hari hanya boleh mengucapkan ini sekali saja.

Dan seperti ini lah dia terus menerus mengucapkannya lagi dan lagi, tetapi dewa tidak juga datang.

Malahan, buku cerita yang disembunyikannya justru ditemukan oleh petugas istana wanita. Gurunya kemudian menghukumnya untuk menyalin buku selama satu bulan. Beliau mengatakan bahwa sebagai putri kerajaan, ia tidak boleh membaca tulisan yang vulgar dan murahan seperti ini.

Guru berkata tidak seharusnya berbicara tentang hantu dan dewa (5).

5. 子不语怪力乱神 Zi bù yǔ guàilì luàn shén adalah kalimat yang diucapkan oleh Konfusius (kalau tidak salah ya). Sesuai dengan pemikiran beliau akan hantu dan dewa yaitu, hormati mereka tetapi jauhilah, alias tidak perlu dipertanyakan ataupun dibahas.

Tetapi Kong Hou merasa gurunya tidak jujur, sebab beberapa tahun setelah Kaisar Jinghong naik tahta, setiap tahun mereka selalu melaksanakan ritual sesembahan kepada langit. Dan ia juga sering menggunakan istilah ‘mukjizat’ untuk menekankan betapa paduka dipandang oleh para dewa. Para abdi istana pun sering menyebutkan bagaimana paduka kaisar telah menerima mandat dari langit.

Orang dewasa memang selalu munafik begini, lain di mulut lain di hati.

Kong Hou mencibir melihat perilaku mereka yang seperti ini, tentu saja dia hanya bisa melakukan ini secara diam-diam.

Saat cahaya perak di atas istana semakin lama semakin menyilaukan mata, Kong Hou menurunkan tangan yang menangkup wajahnya, matanya menatap tanpa berkedip ke arah cahaya yang menerangi istana. Apakah ini untuk menjemput dia?

Cahaya perak terlalu menyilaukan, dan menusuk mata Kong Hou hingga terasa pedih. Ia sibuk mengusap-usap mata kiri dengan tangannya, dan semakin berusaha keras untuk membuka mata kanannya. Ketika mata kirinya terasa membaik, cepat-cepat ia buka mata kirinya, lalu mengusap mata kanan dengan tangannya.

Sang dewa pasti…..mungkin sedang datang untuk menjemputnya kan?

Menyaksikan kemunculan pemandangan yang menakjubkan seperti ini, seluruh pejabat di istana tidak mampu bereaksi apa-apa. Bahkan Kaisar Jinghong pun berdiri dari kursi kerajaannya dengan kikuk sembari menatap langit dengan agak bodoh.

Kaisar adalah sosok pahlawan, yang mengejar kekuasaan dan kecantikan, dan setelah semua ini telah ia miliki, ia kini memimpikan untuk memiliki kehidupan abadi. Kaisar Jinghong adalah kaisar yang memenuhi persyaratan ini, ia pun memiliki banyak ambisi dan keinginan.

Cahaya perak itu berangsur-angsur turun, lalu dari dalam cahaya tersebut melangkah keluar seorang lelaki tua berjubah abu-abu. Lelaki tua itu berambut putih namun wajahnya terlihat muda, dia tidak membawa pedang ataupun senjata ajaib di tubuhnya. Tetapi aura surgawi dari penampilannya membuat kaisar dan semua yang hadir merasa tak ragu lagi, lelaki ini adalah seorang dewa.

“Maha Dewa (6) telah turun ke bumi, dan menerangi negeri kami yang hina ini.” Kaisar Jinghong segera melangkah ke depan. Namun, meskipun kaisar merasa sangat bersuka cita, ketika ia tinggal 5 langkah lagi dari dewa tersebut, dia justru menghentikan langkahnya. Dia adalah seorang pria yang sangat penuh kewaspadaan, meskipun yang di hadapannya adalah seorang ‘dewa’. Ia memberikan hormat dan berkata, “Maha Dewa silahkan duduk.”

6. Tepatnya panggilan yang digunakan adalah 仙长 Xiān zhǎng yaitu panggilan untuk menunjukkan rasa hormat kepada dewa.

Maha Dewa mengangkat tangannya: “Tidak perlu.”

Mendengar sang dewa menjawab demikian, dalam hati semua orang merasa takut, ternyata dewa memperlakukan paduka kaisar dingin seperti itu. Apakah Tuhan tidak merasa senang kaisar telah merebut tahta dari dinasti sebelumnya? Tetapi kaisar sebelumnya tidak kompeten, membiarkan rakyat menderita, kalau mereka tidak memberontak, apakah masih bisa bertahan hidup?

Seperti telah menebak yang ada dipikiran semua orang, dewa tersebut membelai jenggotnya: “Hari ini saya datang adalah demi membalas kebaikan seseorang yang berada di sini.”

Membalas kebaikan?

Saat semua mendengar kata-katanya, dalam hati masing-masing mereka merasa bersemangat, dan sangat menginginkan orang yang akan dibalas kebaikannya oleh sang dewa adalah diri mereka sendiri. Siapa yang tak ingin memiliki koneksi dengan seorang dewa. Untungnya, semua orang masih ingat untuk sadar diri, dan tidak membiarkan ekspresi wajah mereka terlihat terlalu bernafsu.

Meskipun Kaisar Jinghong merasa sedikit kecewa, tetapi setidaknya sang dewa tidak merasa marah kepadanya karena telah menggulingkan dinasti sebelumnya. Dengan begini hatinya merasa tenang. Dia menolehkan kepalanya dan melihat ke semua pejabat yang berdiri di bawah, pejabat Zhang selalu memiliki reputasi sebagai pejabat yang arif, pejabat Li juga sering memberikan donasi untuk rakyat, ada juga pejabat Wang yang sebelum beliau dipindahkan kembali ke kota Jing, menerima payung dengan tanda tangan rakyat (7), entah siapa yang memiliki berkah ini.

7. 万民伞 Wànmín sǎn Payung sepuluh ribu orang. Dalam tradisi Cina kuno, sebagai tanda terimakasih warga, mereka memberikan payung yang telah disulam dengan nama-nama mereka untuk pejabat yang telah usai masa kerjanya.

“Siapakah yang sedang Maha Dewa cari?” Kaisar Jinghong bermurah hati, jika Maha Dewa ingin berterimakasih kepada salah satu warganya, dia pun juga ikut diuntungkan.

“Seorang anak kecil.” Maha Dewa tersenyum misterius, “Saya berhutang karma kepadanya.”

Anak kecil?

Anak kecil yang bisa hadir di sini, hanyalah anak-anak dan cucu-cucu kerajaan. Kaisar Jinghong kini berbesar hati: “Keturunan zhen (8) yang manakah yang memiliki pernasiban dengan Maha Dewa?”

8. 朕 Zhèn Aku/saya, sebutan orang ketiga dalam istilah ningrat untuk kaisar.

Kong Hou yang terhalangi para orang dewasa berjinjit-jinjit di belakang, dia ingin melihat penampilan sang dewa, namun ia justru ditarik ke belakang oleh salah satu cucu perempuan kaisar.

Cucu perempuan tersebut hanyalah berusia 7 atau 8 tahun, tetapi tanpa etiket langsung meracau: “Kamu adalah putri dari dinasti yang sebelumnya, tidak usah bersusah payah mencoba maju ke depan.” Kakeknya adalah kaisar, putra langit, maka yang menerima hutang budi dari sang dewa, jelas hanya bisa anak-anak dan cucu-cucu kaisar sepertinya.

Pelayan yang berada di samping cucu perempuan kaisar itu melihat hal ini, maka ia dengan sangat kuat menekan Kong Hou agar tetap duduk di tempatnya, dan tidak memperbolehkan dia berdiri. Kaisar dinasti sebelumnya adalah seseorang yang tidak kompeten, putrinya tentu saja juga terlahir dengan dosa ini, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Maha Dewa melihat seorang pendosa.

Kong Hou tidak rela: “Aku telah membuat permintaan kepada sang dewa, mereka akan datang untuk menjemputku.”

Beberapa anak-anak dan cucu-cucu kerajaan yang mendengarkan ini mencibir dengan suara pelan: “Bagaimana mungkin Maha Dewa datang untuk menjemput sisa-sisa dosa dari dinasti sebelumnya seperti kamu. Keluarga Ji kamu bahkan tidak bisa menjaga negeri ini, masih ingin berupaya memiliki nasib dengan dewa?”

Kong Hou menatap dengan matanya yang bulat, lalu membuka mulutnya untuk berkata: “Kalian….”

Pelayan istana tadi langsung menutup mulut Kong Hou dengan tangannya, dan dia pun tidak bisa mengeluarkan suara apapun lagi. Para anak-anak dan cucu-cucu kerajaan tertawa meledek melihat penampilan Kong Hou yang menyedihkan. Ketika orang-orang istana memanggil mereka untuk tampil menemui sang dewa, mereka merapihkan pakaian mereka dan maju ke depan dengan sopan dan beradab.

Melihat sosok punggung mereka yang perlahan-lahan menjauh, Kong Hou ingin mengulurkan tangannya dan menarik ujung baju mereka, namun mereka berjalan dengan cepat dan segera menghilang di tengah kerumunan. Kong Hou berpikir, mungkin sang dewa akan segera menjemput pergi salah satu dari anak-anak dan cucu-cucu kerajaan itu, dan sama sekali tidak tahu bahwa dia pun telah membuat permintaan.

Salah satu orang istana yang berhati lembut kasian melihat Kong Hou yang ditahan oleh pelayan istana itu, dan dia tidak tahan untuk berbisik: “Yang Mulia, jangan membuat masalah, jangan sampai…..”

Kalau kaisar dan permaisuri tahu bahwa putri dari dinasti sebelumnya ini telah mencoba mendekati Maha Dewa, takutnya setelah Maha Dewa pergi nanti, putri dinasti sebelumnya ini bahkan tidak bisa tetap hidup.

Air mata mengalir dari mata Kong Hou yang bulat, ini adalah pertama kalinya ia menangis sejak dinobatkan menjadi Putri Pingning oleh kaisar. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara, bulir-bulir air matanya berjatuhan, membasahi punggung tangan pelayan istana, dan mengaliri lengan bajunya yang berwarna biru.

Kala itu, ibunda permaisuri berkata kepadanya untuk tetap hidup, hidup dengan senyuman, sebelum ia kemudian bunuh diri dengan memotong lehernya sendiri.

Selama ini dia selalu menurut, tetapi hari ini dia tidak tahan, air matanya tidak mau menurut. Dia sama sekali tidak berdaya, tidak berdaya untuk menghentikan air matanya.

Dia menatap kerumunan orang yang menutupinya di depan, Kong Hou tidak berhenti mengedip-ngedipkan matanya, ia ingin air matanya menurut dan masuk kembali ke dalam. Ia ingin pandangan matanya menjadi lebih jernih sedikit, namun air matanya justru tidak henti-hentinya mengalir keluar, dan pandangan matanya pun menjadi kabur, tidak bisa melihat di depannya dengan jernih.

Tiba-tiba, tembok manusia yang tebal di depan seperti terkejut, bergoyang-goyang dan bahkan membuka jalan arah penglihatannya. Kong Hou berusaha keras untuk membuka matanya dan mencoba untuk melihat sosok buram seseorang berpakaian abu-abu di depannya.

Wang Tong membungkukkan badannya, dan merengkuh Kong Hou dari tangan pelayan istana, lalu ia membalikkan badannya dan berkata kepada semua orang: “Nona inilah kepada siapa saya berhutang budi.”

Seisi ruangan gempar, para pejabat tidak membayangkan, yang memiliki pernasiban dengan sang dewa ternyata adalah keturunan satu-satunya yang tersisa dari keluarga dinasti sebelumnya.

“Maha Dewa…..” Kaisar Jinghong melihat rambut Kong Hou yang berantakan, “Anak ini adalah anak angkat zhen, Putri Pingning.”

Wang Tong menepuk-nepuk gadis kecil yang ia bopong di bahunya. Ia mengeluarkan jubah dan mengenakannya pada tubuh gadis itu lalu berkata kepada Kaisar Jinghong: “Gadis ini memiliki takdir dengan saya.”

Kaisar Jinghong berkata tanpa dipikir: “Gadis ini memiliki takdir dengan Maha Dewa, maka ini adalah anugerah baginya, bagaimana kalau dia melayani Maha Dewa, dan berbagi kekhawatiran dengan Maha Dewa.”

Bagaimana Wang Tong tidak dapat melihat bahwa kaisar dunia fana ini sama sekali tidak memperdulikan si gadis kecil, namun dia adalah seorang kultivator, dan tidak ingin melibatkan diri dalam masalah ini. Maka ia berkata dengan dingin: “Saya melihat gadis ini tidak memiliki takdir hubungan orang tua dan anak dengan paduka, sudah selayaknya saya bawa dia pergi.”

Kaisar Jinghong merasa sedikit malu, dia adalah kaisar pertama di dinasti ini, takdir orang tua dan anak apa yang dia miliki dengan keturunan keluarga dinasti sebelumnya? Dia hanya ingin memiliki koneksi saja dengan sang dewa. Sekarang hal ini telah diungkap tanpa ampun oleh Maha Dewa. Meskipun sekarang mukanya terasa sedikit panas, namun ia bisa menaklukkan negeri ini, justru adalah dengan mengandalkan rasa tidak tahu malunya itu. Maka iapun langsung mengubah ucapannya: “Ucapan Maha Dewa memang benar.”

Para anak-anak dan cucu-cucu kerajaan yang sebelumnya memperolok Kong Hou, kini bersembunyi di balik abdi-abdi istana, agar tidak terlihat oleh sang dewa dan terlebih lagi agar tidak terlihat oleh Kong Hou.

“Kalau begitu, maka saya pamit dahulu.”Setelah Wang Tong mengucapkan ini, dia langsung menapakkan kaki ke awan dan segera terbang ke atas. Saat Kaisar Jinghong menyaksikan ilmu sang dewa, tanpa berpikir ia langsung sujud kowtow (9): “Sampai jumpa Maha Dewa.”

9. Kowtow yag dilakukan kira-kira seperti ini

Kong Hou yang dibopong dalam dekapan sang dewa diam-diam melihat ke bawah. Kaisar yang maha agung, saat ini terlihat begitu rendah dan penuh hormat, begitu rendahnya hingga tak patut untuk disebut.

“Tidak perlu dilihat, setelah ini ikatanmu dengan dunia ini sudah terpotong, hal-hal duniawi ini tidak ada hubungannya lagi denganmu.”Wang Tong mengelus-elus rambut gadis itu, yang menyebabkan dua cepolnya yang tadinya miring, kini menjadi benar-benar buyar.

Kong Hou berkata dengan suara pelan sembari tersipu-sipu: “Biasanya aku makannya banyak.”

Wang Tong tertawa: “Apakah kamu takut aku tidak mampu merawatmu?”

“Aku, aku takut anda capek membopongku.”

Wang Tong menunduk dan melihat kedua mata gadis kecil itu yang masih lembab: “Bagaimana mungkin seorang kultivator begitu tidak bergunanya.”

Kong Hou diam-diam memperhatikan dewa ini, dan merasa sepertinya dia agak familiar, tetapi setelah lama dia pikir-pikir, tidak ada dalam memorinya tentang apapun yang ada sangkut pautnya dengan dewa ini. Apakah dia pernah bertemu di dalam mimpi?”

Kalau begitu pastilah sang dewa telah mendengarkan permohonan yang dibuatnya sebelum tidur.

“Maha Dewa, apakah anda khusus datang menjemputku karena telah mendengarkan permohonanku?”

Wang Tong menunduk dan menatap kedua mata gadis kecil tersebut, tatapannya penuh dengan keinginan dan harapan.

“Ah.” Wang Tong mengangguk dengan canggung.

Kemungkinan mata anak ini terlalu indah, sehingga Wang Tong, lelaki tua yang telah hidup beberapa ratus tahun ini, tidak tega membuat ia kecewa. Untungnya dia bukanlah seorang biksu, dan mengatakan kebohongan kecil ini pun juga dengan maksud baik.

Dusta yang diucapkan seorang kultivator dengan maksud baik, bagaimana bisa disamakan dengan berbohong?

The Dewi
The Dewi
"I am so clever that sometimes I don't understand a single word I'm saying"

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


error: Content is protected !!